Selamat Datang

Selamat Datang di Blog Rahayu. Ini adalah blog resmi dari Rahayu. Blog ini resmi rilis pada tahun 2011. Rahayu hanyalah seorang gadis remaja biasa asal Kecamatan Brondong , Kabupaten Lamongan yang ingin selalu mengembangkan kreativitasnya. Blog ini sekarang lagi dalam perbaikan, dari segi kualitas konten maupun semuanya. Karena penulis yang sekaligus pemilik Blog ini pada beberapa tahun terakhir sedang sibuk menyelesaikan studi.nya. Kalian sekarang dapat menikmati beberapa konten, antara lain : "Music" yang akan diposting tiap 3 hari sekali, "Komputer" yang akan diposting 1 kali seminggu, "Agama Islam" yang akan diposting 2 hari sekali, "Gaya Hidup" yang akan diposting 2 minggu sekali, dan lain-lain, kalau mau tau jadwalnya silahkan lihat di kolom "'jadwal postingan". Ohh ya kalian juga bisa menghubungi Rahayu melalui:
Halaman facebook: Rahayu

Senin, 26 Mei 2025

Proses Decoding Dalam Komunikasi

PROSES DECODING DALAM KOMUNIKASI

Oleh : SRI RAHAYU, S.Pd.


A. DEFINISI

Decoding dalam komunikasi adalah proses mengubah simbol atau kode yang diterima menjadi makna atau informasi yang dapat dipahami oleh penerima (Shannon & Weaver, 1949). Decoding merupakan langkah penting dalam komunikasi, karena memungkinkan penerima untuk memahami pesan yang disampaikan oleh pengirim.

Menurut Shannon dan Weaver (1949), decoding adalah proses yang dilakukan oleh penerima untuk mengubah sinyal yang diterima menjadi informasi yang dapat dipahami. Proses decoding melibatkan pengidentifikasian simbol atau kode yang diterima, penginterpretasian simbol atau kode tersebut, dan pembentukan makna atau informasi yang dapat dipahami



B. TAHAPAN

Decoding adalah proses mengubah simbol atau kode yang diterima menjadi makna atau informasi yang dapat dipahami oleh penerima. Berikut adalah tahapan decoding dalam komunikasi:

1. Penerimaan Simbol (Receiving Symbols): Penerima menerima simbol atau kode yang disampaikan oleh pengirim melalui saluran komunikasi (Shannon & Weaver, 1949).

2. Pengidentifikasian Simbol (Identifying Symbols): Penerima mengidentifikasi simbol atau kode yang diterima dan membandingkannya dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki (Berlo, 1960).

3. Penginterpretasian Simbol (Interpreting Symbols): Penerima menginterpretasikan simbol atau kode yang diterima berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki (Hall, 1976).

4. Pembentukan Makna (Assigning Meaning): Penerima membentuk makna atau informasi yang dapat dipahami berdasarkan interpretasi simbol atau kode yang diterima (Gudykunst & Ting-Toomey, 1988).



C. TANTANGAN

Decoding dalam komunikasi dapat menghadapi beberapa tantangan yang dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi. Berikut adalah beberapa tantangan decoding dalam komunikasi:

1. Kesalahan Interpretasi (Misinterpretation): Kesalahan interpretasi dapat terjadi jika penerima tidak memahami simbol atau kode yang diterima dengan benar (Shannon & Weaver, 1949).

2. Perbedaan Bahasa dan Budaya (Language and Cultural Differences): Perbedaan bahasa dan budaya dapat mempengaruhi proses decoding, karena simbol atau kode yang digunakan dapat memiliki makna yang berbeda dalam konteks yang berbeda (Hall, 1976).

3. Keterbatasan Kapasitas (Limited Capacity): Keterbatasan kapasitas penerima dapat mempengaruhi proses decoding, karena penerima mungkin tidak memiliki kemampuan atau pengetahuan yang cukup untuk menginterpretasikan simbol atau kode yang diterima (Miller, 1956).

4. Noise dan Gangguan (Noise and Interference): Noise dan gangguan dapat mempengaruhi proses decoding, karena dapat mengubah atau mengganggu simbol atau kode yang diterima (Shannon & Weaver, 1949).

5. Bias dan Prasangka (Bias and Prejudice): Bias dan prasangka dapat mempengaruhi proses decoding, karena dapat mempengaruhi cara penerima menginterpretasikan simbol atau kode yang diterima (Gudykunst & Ting-Toomey, 1988).



D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Decoding dalam komunikasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi kemampuan penerima untuk mengubah simbol atau kode yang diterima menjadi makna atau informasi yang dapat dipahami.


a. Faktor Internal

1. Pengetahuan dan Pengalaman: Pengetahuan dan pengalaman penerima dapat mempengaruhi proses decoding, karena penerima menggunakan pengetahuan dan pengalaman untuk menginterpretasikan simbol atau kode yang diterima (Shannon & Weaver, 1949).

2. Bahasa dan Pemahaman: Bahasa dan pemahaman penerima dapat mempengaruhi proses decoding, karena penerima harus dapat memahami bahasa dan simbol yang digunakan dalam komunikasi (Berlo, 1960).

3. Kognitif: Kemampuan kognitif penerima, seperti perhatian dan memori, dapat mempengaruhi proses decoding (Gudykunst & Ting-Toomey, 1988).


b. Faktor Eksternal

1. Konteks: Konteks komunikasi dapat mempengaruhi proses decoding, karena konteks dapat membentuk makna dan interpretasi simbol atau kode yang diterima (Hall, 1976).

2. Budaya: Budaya penerima dapat mempengaruhi proses decoding, karena simbol atau kode yang digunakan dapat memiliki makna yang berbeda dalam konteks budaya yang berbeda (Gudykunst & Ting-Toomey, 1988).

3. Saluran Komunikasi: Saluran komunikasi yang digunakan dapat mempengaruhi proses decoding, karena saluran komunikasi dapat mempengaruhi kualitas dan kejelasan simbol atau kode yang diterima (Shannon & Weaver, 1949).



E. TIPS MENINGKATKAN DECODING

Berikut adalah beberapa tips untuk meningkatkan decoding dalam komunikasi:

1. Perhatikan Simbol atau Kode: Perhatikan simbol atau kode yang diterima dan pastikan bahwa Anda memahami makna yang dimaksudkan oleh pengirim (Shannon & Weaver, 1949).

2. Gunakan Pengetahuan dan Pengalaman: Gunakan pengetahuan dan pengalaman Anda untuk menginterpretasikan simbol atau kode yang diterima (Berlo, 1960).

3. Perhatikan Konteks: Perhatikan konteks komunikasi untuk memastikan bahwa Anda memahami makna yang dimaksudkan oleh pengirim (Hall, 1976).

4. Tanyakan Klarifikasi: Tanyakan klarifikasi jika Anda tidak memahami simbol atau kode yang diterima (Gudykunst & Ting-Toomey, 1988).

5. Perhatikan Isyarat Nonverbal: Perhatikan isyarat nonverbal seperti bahasa tubuh dan ekspresi wajah untuk memahami makna yang dimaksudkan oleh pengirim (Mehrabian, 1971).


DAFTAR PUSTAKA


1. Shannon, C. E., & Weaver, W. (1949). The Mathematical Theory of Communication. University of Illinois Press.

2. Berlo, D. K. (1960). The Process of Communication: An Introduction to Theory and Practice. Holt, Rinehart and Winston.

3. Hall, E. T. (1976). Beyond Culture. Anchor Books.

4. Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2009). Encyclopedia of Communication Theory. Sage Publications.

5. Gudykunst, W. B., & Ting-Toomey, S. (1988). Culture and Interpersonal Communication. Sage Publications.

6. Gudykunst, W. B. (2003). Cross-cultural and intercultural communication. Journal of International Communication, 9(1), 7-24.

7. Kim, Y. Y. (2001). Becoming intercultural: An integrative theory of communication and cross-cultural adaptation. Journal of Intercultural Communication Research, 30(2), 139-154.

8. Mehrabian, A. (1971). Silent Messages. Wadsworth Publishing Company.

9. Gudykunst, W. B., & Ting-Toomey, S. (1988). Culture and Interpersonal Communication. Journal of Cross-Cultural Psychology, 19(2), 147-165.

10. Miller, G. A. (1956). The Magical Number Seven, Plus or Minus Two: Some Limits on Our Capacity for Processing Information. Psychological Review, 63(2), 81-97.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar