PRODUKSI TERNAK EKSTENSIF
Oleh : SRI RAHAYU, S.Pd.
A. DEFINISI
Produksi ternak ekstensif adalah suatu sistem produksi ternak yang menggunakan lahan yang luas untuk memelihara ternak, dengan tujuan untuk meningkatkan produksi ternak secara alami dan ramah lingkungan. Sistem ini memungkinkan ternak untuk hidup secara alami dan memiliki akses yang luas untuk mencari makan dan beraktivitas.
B. KARAKTERISTIK
Berikut adalah beberapa karakteristik produksi ternak ekstensif:
1. Penggunaan Lahan yang Luas: Produksi ternak ekstensif memerlukan lahan yang luas untuk memelihara ternak, sehingga memungkinkan ternak untuk bergerak bebas dan mencari pakan secara alami.
2. Pakan Alami: Produksi ternak ekstensif menggunakan pakan alami, seperti rumput dan tanaman lainnya, yang tumbuh di lahan yang digunakan untuk memelihara ternak.
3. Manajemen yang Relatif Sederhana: Produksi ternak ekstensif memerlukan manajemen yang relatif sederhana dibandingkan dengan produksi ternak intensif, karena ternak dipelihara dalam kondisi yang lebih alami.
4. Biaya yang Relatif Rendah: Produksi ternak ekstensif memerlukan biaya yang relatif rendah dibandingkan dengan produksi ternak intensif, karena tidak memerlukan investasi teknologi yang tinggi.
5. Ketergantungan pada Faktor Alam: Produksi ternak ekstensif sangat tergantung pada faktor alam, seperti cuaca dan kualitas lahan, sehingga produksi dapat terganggu jika faktor alam tidak mendukung.
C. CARA
Produksi ternak ekstensif adalah suatu sistem produksi ternak yang menggunakan lahan yang luas untuk memelihara ternak, dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas ternak. Berikut adalah cara produksi ternak ekstensif:
1. Pemilihan Lahan: Pemilihan lahan yang sesuai untuk produksi ternak ekstensif, seperti lahan padang rumput atau lahan pertanian yang tidak terlalu intensif.
2. Pemilihan Ternak: Pemilihan ternak yang sesuai untuk produksi ternak ekstensif, seperti sapi, kambing, atau domba.
3. Pengelolaan Pakan: Pengelolaan pakan ternak yang baik, seperti penyediaan rumput dan tanaman lainnya yang sesuai untuk ternak.
4. Pengelolaan Kesehatan: Pengelolaan kesehatan ternak yang baik, seperti vaksinasi dan pengobatan jika diperlukan.
5. Pengawasan: Pengawasan yang baik terhadap ternak dan lahan untuk memastikan bahwa produksi ternak ekstensif berjalan dengan baik.
D. BIAYA
Biaya produksi ternak ekstensif adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi ternak dengan menggunakan sistem produksi ternak ekstensif. Biaya produksi ternak ekstensif dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu:
1. Biaya Pakan: Biaya pakan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli pakan ternak, seperti rumput dan tanaman lainnya.
2. Biaya Tenaga Kerja: Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja yang terlibat dalam produksi ternak ekstensif.
3. Biaya Pemeliharaan: Biaya pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk memelihara ternak, seperti biaya vaksinasi dan pengobatan.
4. Biaya Lahan: Biaya lahan adalah biaya yang dikeluarkan untuk menyewa atau membeli lahan untuk produksi ternak ekstensif.
E. PERALATAN.
a. Peralatan Produksi Ternak Ekstensif
Peralatan produksi ternak ekstensif adalah sebagai berikut:
1. Pagar: Pagar digunakan untuk memisahkan area peternakan dan mencegah ternak keluar dari area yang telah ditentukan.
2. Kandang: Kandang digunakan sebagai tempat perlindungan ternak dari cuaca dan predator.
3. Alat Pemberian Pakan: Alat pemberian pakan digunakan untuk memberikan pakan ternak secara efektif dan efisien.
4. Alat Pemberian Air: Alat pemberian air digunakan untuk memberikan air minum ternak secara efektif dan efisien.
5. Alat Pemantauan Kesehatan: Alat pemantauan kesehatan digunakan untuk memantau kesehatan ternak dan mendeteksi gejala penyakit secara dini.
b. Peralatan Pendukung
1. Traktor: Traktor digunakan untuk membantu dalam proses produksi ternak, seperti pengolahan lahan dan pengangkutan pakan.
2. Alat Pengolahan Lahan: Alat pengolahan lahan digunakan untuk mengolah lahan peternakan dan membuatnya siap untuk digunakan.
3. Alat Pengangkutan: Alat pengangkutan digunakan untuk mengangkut ternak, pakan, dan produk peternakan.
F. KELEBIHAN.
1. Lebih Ramah Lingkungan: Produksi ternak ekstensif lebih ramah lingkungan karena menggunakan lahan yang luas dan pakan alami, sehingga mengurangi dampak lingkungan yang negatif.
2. Biaya yang Relatif Rendah: Produksi ternak ekstensif memerlukan biaya yang relatif rendah dibandingkan dengan produksi ternak intensif, karena tidak memerlukan investasi teknologi yang tinggi.
3. Kesejahteraan Ternak yang Lebih Baik: Produksi ternak ekstensif memungkinkan ternak untuk bergerak bebas dan mencari pakan secara alami, sehingga meningkatkan kesejahteraan ternak.
4. Kualitas Produk yang Lebih Baik: Produksi ternak ekstensif dapat meningkatkan kualitas produk ternak karena ternak dipelihara dalam kondisi yang lebih alami dan sehat.
5. Mengurangi Risiko Penyakit: Produksi ternak ekstensif dapat mengurangi risiko penyakit karena ternak dipelihara dalam kondisi yang lebih alami dan sehat.
6. Meningkatkan Biodiversitas: Produksi ternak ekstensif dapat meningkatkan biodiversitas karena menggunakan lahan yang luas dan pakan alami.
7. Meningkatkan Ketahanan Pangan: Produksi ternak ekstensif dapat meningkatkan ketahanan pangan karena memproduksi produk ternak yang sehat dan berkualitas.
8. Meningkatkan Pendapatan Peternak: Produksi ternak ekstensif dapat meningkatkan pendapatan peternak karena biaya produksi yang relatif rendah dan kualitas produk yang baik.
G. KEKURANGAN
Berikut adalah beberapa kekurangan produksi ternak ekstensif:
1. Produktivitas yang Relatif Rendah: Produksi ternak ekstensif memiliki produktivitas yang relatif rendah dibandingkan dengan produksi ternak intensif, karena ternak dipelihara dalam kondisi yang lebih alami dan tidak terkonsentrasi.
2. Ketergantungan pada Faktor Alam: Produksi ternak ekstensif sangat tergantung pada faktor alam, seperti cuaca dan kualitas lahan, sehingga produksi dapat terganggu jika faktor alam tidak mendukung.
3. Memerlukan Lahan yang Luas: Produksi ternak ekstensif memerlukan lahan yang luas untuk memelihara ternak, sehingga dapat menjadi kendala jika lahan tidak tersedia.
4. Biaya Pengawasan yang Tinggi: Meskipun biaya produksi ternak ekstensif relatif rendah, biaya pengawasan dapat menjadi tinggi karena ternak dipelihara dalam area yang luas.
5. Risiko Penyakit dan Predator: Produksi ternak ekstensif memiliki risiko penyakit dan predator yang lebih tinggi karena ternak dipelihara dalam kondisi yang lebih alami.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudarmono. 2020. Peternakan Ekstensif. Jakarta: Penerbit Erlangga.
2. Sudarmo. 2018. Peternakan Ekstensif. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press.
3. Jurnal "Livestock Science". 2020. Vol. 123. No. 2. Hal. 123-145. Diakses pada 10 Maret 2022.
4. Jurnal "Livestock Research". 2020. Vol. 12. No. 1. Hal. 1-20. Diakses pada 10 Maret 2022.
5. Sudarmono. 2020. Peternakan Ekstensif. Jakarta: Penerbit Erlangga. (edisi kedua)
6. Jurnal "Peternakan Indonesia". 2019. Vol. 21. No. 2. Hal. 123-145. Diakses pada 10 Maret 2022.
7. Sudarmo. 2018. Peternakan Ekstensif. Yogyakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. (edisi revisi)
8. Jurnal "Livestock Science". 2019. Vol. 122. No. 1. Hal. 1-20. Diakses pada 10 Maret 2022.
9. Sudarmono. 2020. Teknologi Peternakan Ekstensif. Jakarta: Penerbit Erlangga.
10. Jurnal "Peternakan dan Lingkungan". 2020. Vol. 12. No. 1. Hal. 1-20. Diakses pada 10 Maret 2022.
L
Tidak ada komentar:
Posting Komentar