Assalamu’alaikum para pembaca..
Bismillah.. Semoga bermanfaat..
Al-Ghazali dalam Kimiya’ Al-Sa’adah menjelaskan:
“Nafs itu ibarat suatu kerajaan. Anggota fisiknya ibarat menjadi cahaya (dhiya’). Syahwat ibarat sebuah gubernur (waliy) yang memiliki sifat pendusta, egois , dan sering mengacau. Ghadhab ibarat menjadi oposan (syihnah) yang sifatnya buruk, ingin perang, dan suka mencekal. Kalbu ibarat menjadi raja (malik). Akal ibarat menjadi perdana menterinya (wazir). Apabila seorang raja (qalbu) tidak mengendalikan kerajaannya maka kerajaan itu akan di ambil alih oleh gubernur (syahwat) dan oposannya (ghadhab) yang mengakibatkan kekacauan. Namun apabila sang raja memperdulikan kerajaannya dan ia bermusyawarah dengan perdana menternya (akal) maka gubernur dan oposannya mudah diatasi dan berkedudukan di bawahnya. Ketika hal itu terjadi maka mereka saling bekerja sama untuk kemakmuran dan kesejahteraan sebuah kerajaan yang akhirnya mendatangkan makrifat kehadirat ilahi (al-hadhrah al-ilahiyah) dan mendatangkan kebahagiaan.”
Yuk lanjut…!!!
3 Jenis Kepribadian Dalam Islam
a. Kepribadian Amarah (Nafs al-Ammarah)
Balik lagi dengan aku Rahayu, kali ini aku akan menghadirkan postingan bernuansa psikologi, namun masih dalam lingkup Agama Islam. Yuk kita bahas mengenai 3 jenis kepribadian/nafsu dalam islam. Ada apa aja sih? Yuk kita ikuti pembahasan ini dengan seksama.Oh ya aku mengambil bahan untuk postinganku kali ini dari buku “KEPRIBADIAN DALAM PSIKOLOGI ISLAM” karya Bapak Dr. H. Abdul Mujib, M.Ag.. Yuk kita ikuti pembahasannya. Jangan lupa bila ada pertanyaan bias ditanyakan pada kolom komentar di bawah ini yahh…
Al-Ghazali dalam Kimiya’ Al-Sa’adah menjelaskan:
“Nafs itu ibarat suatu kerajaan. Anggota fisiknya ibarat menjadi cahaya (dhiya’). Syahwat ibarat sebuah gubernur (waliy) yang memiliki sifat pendusta, egois , dan sering mengacau. Ghadhab ibarat menjadi oposan (syihnah) yang sifatnya buruk, ingin perang, dan suka mencekal. Kalbu ibarat menjadi raja (malik). Akal ibarat menjadi perdana menterinya (wazir). Apabila seorang raja (qalbu) tidak mengendalikan kerajaannya maka kerajaan itu akan di ambil alih oleh gubernur (syahwat) dan oposannya (ghadhab) yang mengakibatkan kekacauan. Namun apabila sang raja memperdulikan kerajaannya dan ia bermusyawarah dengan perdana menternya (akal) maka gubernur dan oposannya mudah diatasi dan berkedudukan di bawahnya. Ketika hal itu terjadi maka mereka saling bekerja sama untuk kemakmuran dan kesejahteraan sebuah kerajaan yang akhirnya mendatangkan makrifat kehadirat ilahi (al-hadhrah al-ilahiyah) dan mendatangkan kebahagiaan.”
Yuk lanjut…!!!
3 Jenis Kepribadian Dalam Islam
a. Kepribadian Amarah (Nafs al-Ammarah)
Kepribadian ammarah adalah kepribadian yang cenderung pada tabiat jasad dan mengejar pada prinsip-prinsip kenikmatan (pleasure principle). Ia menarik kalbu manusia untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang rendah , sehingga ia merupakan tempat dan sumber kejelekan.
Allah berfirman dalam Surat Yusuf ayat 53, yang artinya:
"Sesungguhnya nafsu itu selalu menyerukan pada perbuatan buruk, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. "
Ibnu Qayyim berpendapat kepribadian ini menjadikan hawa nafsu sebagai pemimpin, syahwat sebagai komandan, kebodohan sebagai sopir dan kelalaian sebagai kendaraan. Kepribadian ini tergolong menganiaya diri.
Ciri kepribadian ini adalah tidak membekali diri untuk menuju pada tujuan hidupnya, bahkan ia menyia-nyiakan dan berbekal dengan sesuatu yang mengganggu perjalanannya. Ia melakukan dosa dan mengabaikan kebaikan.
3 kezaliman nafsul ammarah:
a. Zalim terhadap hak-hak pribadi dengan mengikuti nafsu syahwatnya dan melupakan Tuhannya.
b. Zalim terhadap hak-hak sesamanya.
c. Zalim terhadap hak-hak Tuhannya dengan cara menyekutukan.
Kepribadian ammarah itu kepribadian bawah sadar. Barang siapa yang memiliki kepribadian ini maka sesungguhnya ia tak lagi memiliki identitas manusia, sebab sifat-sifat humanitasnya telah hilang.
Keberadaan kepribadian ini ditentukan 2 daya, antara lain:
1. Daya syahwat yang selalu menginginkan birahi, kesukaan diri, ingin tahu dan campur tangan orang lain.
2. Daya ghadhab yang selalu menginginkan tamak, serakah, mencekal, berkelahi, ingin menguasai orang lain, sombong, keras kepala dan angkuh.
Faktor pendorong kepribadian ammarah
1. Faktor internal
Berupa hawa nafsu manusia yang memiki natur hayawaniyyah. Hal ini mengakibatkan:
a. Berperan sebagai Tuhan, sehingga komponen kalbunya terkunci.
Dalil: QS al-Jatsiyah ayat 23
b. Berpaling dari aturan Allah.
Dalil: QS. An-Nisa' ayat 27
c. Menyimpang dari kebenaran.
Dalil: QS. an-Nisa' ayat 135 dan Al-Maidah ayat 48.
d. Meninggalkan ibadah sholat sebagai ibadah yang utama.
Dalil: QS. maryam ayat 59
e. Naturnya pendusta
Dalil: Al-Maidah ayat 70, Al-An'am ayat 150, dan Al-Qamar ayat 3
f. Sesat
Dalil: Al-Maidah ayat 77, Al-An'am ayat 56, Al-Qashash ayat 50 dan Shad ayat 26
g. Tidak berilmu
Dalil: Al-An'am ayat 119, dan Ar-Ruum ayat 29
h. Lalai dan melampaui batas.
Dalil: QS. al-kahfi ayat 28
i. Menyebabkan kebinasaan
Dalil: QS. thaha ayat 16 dan Al-Mu'minun ayat 71.
2. Faktor Eksternal
Berupa bisikan setan yang disebut was was. Kehadiran waswas dalam jiwa manusia sangat halus.
b. Kepribadian Lawwamah (Nafsul Lawwamah)
Kepribadian Lawwamah adalah kepribadian yang telah memperoleh cahaya kalbu, lalu ia bangkit untuk memperbaiki kebimbangan antara 2 hal. Kepribadian lawwamah berada diantata kepribadian amarah dan kepribadian muthmainnah.
Kepribadian ini telah berusaha meninggalkan kualitas dirinya yang telah dibantu oleh cahaya terang (nurani) , namun watak gelapnya ikut campur dalam pembentukan kepribadian, sehingga menjadi bimbang dan bingung.
Kebimbangan itu biasanya akan mengarah pada 3 hal, antara lain:
1. Ia akan tertarik dengan watak gelapnya, sehingga ia tetap dalam kualitas rendahnya. Menurut al-Ghazali "akal yang tertahan oleh syahwat dan ghadhab akan mengakibatkan al-intikas (jungkir balik) padahal seharusnya mampu menahan syahwat dan ghadhab.
2. Ia akan tertarik oleh nurani, sehingga ia bertaubat dan berusaha memperbaiki kualitasnya.
3. Ia berada dalam posisi netral. Artinya perbuatan yang diciptakan tidak bernilai baik atau buruk, tetapi berguna bagi kelestarian manusiawinya sendiri.
Allah berfirman dalam surat Al-Qiyamah ayat 2 , yang artinya
"Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali"
Kepribadian lawwamah merupakan kepribadian yang di dominasi oleh komponen akal.
Ibn Qayyim Al-Jawziyyah membagi kepribadian lawwamah dalam 2 bagian, antara lain:
1. Kepribadian lawwamah malumah
Yaitu kepribadian lawwamah yang bodoh dan zalim.
2. Kepribadian Lawwamah Ghayr Malumah
Yaitu kepribadian yang mencela atas perbuatannya yang buruk dan berusaha untuk memperbaikinya.
Sisi positif bagi kepribadian lawwamah adalah masih bersifat pemula. Artinya seseorang yang berkepribadian lawwamah masih mulai beranjak dari kepribadian yang tercela menuju kepribadian yang baik.
c. Kepribadian Muthmainnah (Nafsul Muthmainnah)
Kepribadian muthmainnah adalah kepribadian yang telah diberi kesempurnaan nur kalbu, sehingga dapat meninggalkan sifat-sifat tercela dan tumbuh sifat-sifat yang baik. Pemilik kepribadian ini ditandai dengan adanya ketundukan dan kepasrahan.
Allah berfirman dalam QS. Al-Fajr ayat 27-28.
Kepribadian muthmainnah bersumber dari kalbu manusia. Kepribadian muthmainnah merupakan kepribadian atas sadar atau supra kesadaran manusia.
Faktor pendorong kepribadian muthmainnah:
1. Faktor internal.
Berupa daya kalbu manusia yang memiliki natur ilahiyyah.
2. Faktor eksternal.
Berupa penjagaan dari malaikat dan hidayah dari Allah.
Muhammad Abduh dalam Tafsir Al-Manar membagi hidayah dalam 4 bagian, antara lain:
1. Hidayah yang dapat ditangkap oleh insting tumbuhan, hewan, dan manusia. Hidayah ini disebut al-hidayah al-wijdani atau al-ghariziyyah.
2. Hidayah yang dapat ditangkap oleh indera hewan dan manusia. Hidayah ini disebut al-hidayah al-hawas.
3. Hidayah yang dapat diterima oleh akal manusia. Hidayah ini disebut al-hidayah al-aqli.
4. Hidayah yang hanya ditangkap oleh rasa keimanan, berbentuk hidayah agama. Disebut hidayah al-dini
Bentuk kepribadian muthmainnah diantaranya adalah keimanan, keyakinan, keikhlasan, tawakal, taubat, taqarrub pada Allah, sabar, bijaksana, tawadhu', tenang, dan lain sebagainya.
Itulah tadi ketiga jenis kepribadian atau nafsu dalam Islam. Kalau ada pertanyaan, kritik atau saran, tulis di kolom komentar di bawah ini yahh... Jangan lupa beri reaksimu setelah membaca postinganku ini. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan serta keimanan kita. Aku Rahayu, pamit dulu yahh.. Sampai ketemu di karyaku yang lain. Byeeee.... .
Wassalamu'alaikum...
2. Faktor Eksternal
Berupa bisikan setan yang disebut was was. Kehadiran waswas dalam jiwa manusia sangat halus.
b. Kepribadian Lawwamah (Nafsul Lawwamah)
Kepribadian Lawwamah adalah kepribadian yang telah memperoleh cahaya kalbu, lalu ia bangkit untuk memperbaiki kebimbangan antara 2 hal. Kepribadian lawwamah berada diantata kepribadian amarah dan kepribadian muthmainnah.
Kepribadian ini telah berusaha meninggalkan kualitas dirinya yang telah dibantu oleh cahaya terang (nurani) , namun watak gelapnya ikut campur dalam pembentukan kepribadian, sehingga menjadi bimbang dan bingung.
Kebimbangan itu biasanya akan mengarah pada 3 hal, antara lain:
1. Ia akan tertarik dengan watak gelapnya, sehingga ia tetap dalam kualitas rendahnya. Menurut al-Ghazali "akal yang tertahan oleh syahwat dan ghadhab akan mengakibatkan al-intikas (jungkir balik) padahal seharusnya mampu menahan syahwat dan ghadhab.
2. Ia akan tertarik oleh nurani, sehingga ia bertaubat dan berusaha memperbaiki kualitasnya.
3. Ia berada dalam posisi netral. Artinya perbuatan yang diciptakan tidak bernilai baik atau buruk, tetapi berguna bagi kelestarian manusiawinya sendiri.
Allah berfirman dalam surat Al-Qiyamah ayat 2 , yang artinya
"Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali"
Kepribadian lawwamah merupakan kepribadian yang di dominasi oleh komponen akal.
Ibn Qayyim Al-Jawziyyah membagi kepribadian lawwamah dalam 2 bagian, antara lain:
1. Kepribadian lawwamah malumah
Yaitu kepribadian lawwamah yang bodoh dan zalim.
2. Kepribadian Lawwamah Ghayr Malumah
Yaitu kepribadian yang mencela atas perbuatannya yang buruk dan berusaha untuk memperbaikinya.
Sisi positif bagi kepribadian lawwamah adalah masih bersifat pemula. Artinya seseorang yang berkepribadian lawwamah masih mulai beranjak dari kepribadian yang tercela menuju kepribadian yang baik.
c. Kepribadian Muthmainnah (Nafsul Muthmainnah)
Kepribadian muthmainnah adalah kepribadian yang telah diberi kesempurnaan nur kalbu, sehingga dapat meninggalkan sifat-sifat tercela dan tumbuh sifat-sifat yang baik. Pemilik kepribadian ini ditandai dengan adanya ketundukan dan kepasrahan.
Allah berfirman dalam QS. Al-Fajr ayat 27-28.
Kepribadian muthmainnah bersumber dari kalbu manusia. Kepribadian muthmainnah merupakan kepribadian atas sadar atau supra kesadaran manusia.
Faktor pendorong kepribadian muthmainnah:
1. Faktor internal.
Berupa daya kalbu manusia yang memiliki natur ilahiyyah.
2. Faktor eksternal.
Berupa penjagaan dari malaikat dan hidayah dari Allah.
Muhammad Abduh dalam Tafsir Al-Manar membagi hidayah dalam 4 bagian, antara lain:
1. Hidayah yang dapat ditangkap oleh insting tumbuhan, hewan, dan manusia. Hidayah ini disebut al-hidayah al-wijdani atau al-ghariziyyah.
2. Hidayah yang dapat ditangkap oleh indera hewan dan manusia. Hidayah ini disebut al-hidayah al-hawas.
3. Hidayah yang dapat diterima oleh akal manusia. Hidayah ini disebut al-hidayah al-aqli.
4. Hidayah yang hanya ditangkap oleh rasa keimanan, berbentuk hidayah agama. Disebut hidayah al-dini
Bentuk kepribadian muthmainnah diantaranya adalah keimanan, keyakinan, keikhlasan, tawakal, taubat, taqarrub pada Allah, sabar, bijaksana, tawadhu', tenang, dan lain sebagainya.
Itulah tadi ketiga jenis kepribadian atau nafsu dalam Islam. Kalau ada pertanyaan, kritik atau saran, tulis di kolom komentar di bawah ini yahh... Jangan lupa beri reaksimu setelah membaca postinganku ini. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan serta keimanan kita. Aku Rahayu, pamit dulu yahh.. Sampai ketemu di karyaku yang lain. Byeeee.... .
Wassalamu'alaikum...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar